PENETAPAN
STANDAR
Standar adalah model atau metode yang berfungsi
sebagai dasar untuk perbandingan. Tujuan menentukan standar yaitu untuk
mengontrol dan mengukur efisiensi dan efektivitas produksi keseluruhan
organisasi. Penetapan standar dalam industri
perhotelan dapat meliputi penyusunan
anggaran dengan menentukan jumlah
pendapatan penjualan dan biaya dan laba
yang ingin dicapai. Biaya yang
dianggarkan seperti makanan, minuman, dan tenaga
kerja. Namun, tidak hanya anggaran saja yang disusun manajemen sebagai
standar. Standar dapat berupa prosedur
menyiapkan kamar, standar perlengkapan
kamar, standar resep, standar spesifikasi pembelian dan sebagainya. Tujuan dari standar yaitu agar karyawan dapat melaksanakan kegiatan sesuai dengan harapan manajemen dan memungkinkan
untuk evaluasi kinerja
karyawan.
Karyawan tidak
dapat dibiarkan untuk
meningkatkan penjualan atau mengurangi
biaya tanpa petunjuk spesifik tentang apa yang harus
dilakukan dan harus dicapai.
Dalam semua jenis usaha, terutama perhotelan, standar harus
ditentukan agar manajemen dapat mengendalikan biaya dengan baik. Tanpa adanya standar yang ditetapkan manajemen, maka operasional akan berjalan menurut ukuran masing-masing karyawan.
PEDOMAN UNTUK STANDAR
Standar harus dibuat untuk semua area operasi,
baik pada operasional kamar, operasional makanan dan minuman, sampai operasional
bagian tehnik. Ini berarti standar harus diatur agar semua pusat pendapatan (revenue
center) dan pusat pendukung (support center). Agar efektif, standar
harus sesuai dengan empat pedoman berikut:
1. Standar harus dapat diukur.- measurability
2.Jika standar
tidak dapat dicapai,maka harus dievaluasi ulang-attainability
3.Jika standar
tercapai, manajemen harus dapat menentukan untuk pengembangan-improvement
4. Karyawan harus menerima umpan balik agar bekerja secara efisien.-feed back
STANDAR YANG RELEVAN
Standar yang ditetapkan harus mempertimbangkan antara hasil dan biaya (cost benefit ratio). Tidak akan ada manfaatnya apabila standar
begitu baik, akan tetapi pembiayaannya sangat besar dan tidak seimbang dengan keuntungan yang
diperoleh. Manajemen harus memahami kondisi perusahaan dalam menetapkan standar. Merupakan pemikiran yang ceroboh jika menentukan standar hanya sekedar mengikuti perusahaan lain sejenis. Dua hotel yang berbeda bisa saja identik dalam operasionalnya, tetapi bisa sangat
berbeda dalam pembiayaan. Sebagai contoh, perbedaan yang dapat terjadi:
- Jika bangunan merupakan harta milik sendiri, maka biaya
sewa bukan pengeluaran
yang harus diperhitungkan.
- Karena lokasi dan ketersediaan tenaga kerja, biaya tenaga kerja dapat secara signifikan berbeda.
- Menu dapat sama untuk dua hotel yang berbeda tetapi karena demografi daerah tersebut, popularitas menu bisa benar-benar berbeda. Hal ini akan berpengaruh besar pada persentase biaya makanan.
- Bahan makanan musiman di wilayah geografis yang berbeda, akan sangat berpengaruh pada harga pokok makanan.
Tanpa pengaturan standar
untuk setiap daerah
yang berbeda, manajemen tidak
akan tahu alasan tidak terpenuhinya standar.
PENETAPAN
STANDAR UNTUK OPERASIONAL
MAKANAN DAN MINUMAN
Dalam industri perhotelan, makanan dan minuman,
dan tenaga kerja dianggap biaya utama. Pada umumnya hotel menetapkan standar pasti dalam persentase
untuk menentukan biaya-biaya tersebut. Untuk
menurunkan persentase biaya standar, tentu manajemen harus mempertimbangkan banyak faktor. Penetapan standar harga pokok
makanan ( food cost persentage), yaitu
dengan cara membagi harga pokok makanan dengan jumlah penjualan makanan. Sebagai contoh, jika harga pokok Ayam Goreng Rp. 15.000,- dan penjualan sebesar
Rp.37.500,-, maka persentase harga pokok nya ( food cost percentage), dihitung:
Food Cost %
|
=
|
Food Cost
|
Food Sales
|
||
Food Cost %
|
=
|
Rp.15.000,-
|
Rp.40.000
|
||
=
|
40%
|
Cara yang sama digunakan untuk menghitung Harga Pokok
Minuman (beverage cost). Sebagai contoh,
jika harga pokok pembuatan Cocktail Rp.
2.500,- dan penjualan sebesar Rp10.000,-, maka pesentase harga pokok minuman
sebesar:
Beverage Cost %
|
=
|
Beverage Cost
|
Beverage Sales
|
||
Beverage Cost %
|
=
|
Rp.2.500,-
|
Rp.10.000,-
|
||
=
|
25%
|
Teknik ini
dapat dikembangkan dengan membandingkan antara persentase yang terjadi
dalam operasional dengan standar yang ditetapkan manajemen. Ketika menetapkan standar untuk operasional
makanan dan minuman, manajemen harus
menjalani delapan langkah pada
gambar 3.1 sebagai berikut:
Menetapkan Resep Standar
Resep Standar merupakan awal dari konsistensi produk. Merancang Resep Satndar yang benar merupakan hal yang penting untuk kebijakan pengelolaan makanan
dan minuman. Tanpa resep standar, manajemen akan kesulitan untuk
mengendalikan biaya. Pada umumnya Resep Standar meliputi :
Ø Nama Resep
Ø Hasil
Ø Bahan baku
Ø Prosedur Pengolahan
Ø Metode Pengolahan
Ø Ukuran Porsi
Standar resep hasil kualitas yang konsisten dan
kuantitas. Dengan Resep Standar meskipun berbeda juru masak, jika mereka
menggunakan resep standar yang sama dan mengikuti petunjuk maka poduk yang
dhasilkan juga akan sama. Demikian pula, baik porsi kecil maupun besar, dengan
konversi resep maka kualitas produk tetap sama dan perhitungan biaya produksi
juga proporsional.
Standard Recipe Card
Standard Recipe Card
|
||||
UDANG GORENG MENTEGA
|
||||
Source: Coffee Shop
Chef
:
Month:January 2011
|
Prep. Pan : Frying Pan
Serving Dish : Oval Plate
Portion Size : 300 gr
Number of Portion : 5
Cooking Time : 22 menit
|
|||
Ingredients
|
Quantity
|
Preparation Method
|
Time
|
Equipment
|
Method Category: Fried/Stir Fry
Bersihkan udang dari kulitnya (
tinggalkan ekor dan kepala) cuci bersih dan belah memanjang.
Rajang halus bawang putih dan bombai ,
potong-potong daun bawang.
Lumuri udang dengan air lemon . kemudian
bilas dan tiriskan.
Goreng udang dengan minyak, siram dengan
Shaoxing Jiu, sampai kemerah-merahan, tiriskan.
Panaskan mentega, sautee bawang putih dan
bawang Bombay sampai harum.
Masukkan udang & saus lainnya.
Aduk sampai mengental, terakhir masukkan
daun bawang.
Aduk sebentar kemudian angkat dan sajikan
|
||||
Tiger Prawn
|
1.250 gr
|
|||
Air Perasan Lemon
|
3 btr
|
|||
Bawang Putih
|
25 gr
|
|||
Bawang Bombay
|
50 gr
|
|||
Daun Bawang
|
50 gr
|
15 mnt
|
||
Shaoxing Jiu
|
10 ml
|
|||
Oyster Sauce
|
25 ml
|
|||
Saus Inggris
|
50 ml
|
|||
Kecap asin
|
10 ml
|
|||
Kecap manis
|
5 ml
|
|||
Mentega
|
100 gr
|
|||
Frying oil
|
20 ml
|
|||
7 mnt
|
||||
Konversi untuk porsi kecil maupun porsi besar
sangat diperlukan, untuk menjaga konsistensi produk. Pada contoh diatas, satu resep menghasilkan 5
porsi, maka bila diperlukan 50 porsi,
maka resep dikonversi dengan kelipatan 10 untuk seluruh bahan yang
digunakan. Apabila Standar Resep tidak
ada dalam operasional , maka konversi akan sulit dilakukan. Karyawan
terkadang akan menyediakan lebih banyak porsi dari yang seharusnya, dan
memungkinkan terjadi sisa makanan (leftover). Karyawan akan perpendapat lebih banyak lebih
baik, daripada kekurangan dan kerja dua kali, akan tetapi hal tersebut sangat
merugikan perusahaan.
Menetapkan Porsi Penyajian dan Biaya
Porsi Penyajian (servabe portion) dan harga pokok (cost) harus dtetapkan
untuk menentukan harga pokok actual (actual cost). Harga bahan makanan saat pembelian (As Puchased - AP) yang
merupakan jumlah kotor dari bahan makanan dan bahan makanan Porsi siap digunakan (Usable Portion - UP) yang merupakan jumlah
bahan siap olah , merupakan hal yang berbeda dan perlu diperhatikan dalam
menetapkan harga pokok makanan.
Untuk menentukan porsi untuk diolah dan biaya
bahan, perlu dilakukan tes hasil (yield
test) sehingga dapat diketahui berapa bagan dari bahan makanan yang dapat
digunakan atau diolah. Misalnya, dari
selada yang tersedia 1kg Selada, sekitar 10% atau 1 ons tidak dapat digunakan untuk
produksi. Jadi, jika 1 kg Selada
diperlukan untuk produksi sesuai resep, maka diperlukan sekitar 1,1 kg ( = 1 kg/0,9) Selada untuk diambil dari gudang atau dibeli. Dalam operasional test hasil (yied test)
sebaiknya dicatat dalam table dan
digunakan sebagai pedoman. hasil , seperti pada gambar table 3.3.
Perhitungan yield test akan lebih penting lagi bagi bahan makanan yang mahal harganya
seperti daging. Jumlah yield test sangat
tergantung pada kualitas bahan maupun ketrampilan karyawan dalam mengolah,
namun demikian manajemen harus berusaha
untuk menyajikan produk dengan
perhitungan AP dan UP.
Menentukan berbagai Biaya Yang Dapat Diterima
Setelah AP dan UP yang ditentukan, manajemen
memiliki berbagai faktor biaya untuk produk pada suatu resep. Sebuah resep standar
harus ditetapkan berapa jumlah harga pokok yang dapat disetujui. Untuk berbagai macam menu (misalkan menu
buffet) , manajemen perlu menetapkan berapa Persentase harga pokok (Food Cost
Percentage) yang disetujui.
Analisa Tes Hasil Bahan (yield test)
Sayuran
|
% terbuang
|
Faktor
Perkalian *)
|
Jumlah
Kotor yang diperlukan untuk setiap 1 Kg bahan siap olah
|
Kubis
|
20%
|
1,25
|
1,
25 Kg
|
Wortel
|
20%
|
1,25
|
1,25
Kg
|
Timun
|
3%
|
1,05
|
1,05 Kg
|
Selada
|
5%
|
1,05
|
1,05 Kg
|
Bayam
|
28%
|
1,40
|
1,40 Kg
|
Bawang
|
13%
|
1,15
|
1,15 Kg
|
Bawang
Bombay
|
10%
|
1,10
|
1,10 Kg
|
Kentang
|
20%
|
1,25
|
1,25 Kg
|
Tomat
|
10%
|
1,10
|
1,10 Kg
|
Pembulatan ke
0,05 Kg atau 0,5 Ons
|
Menentukan Karyawan dan Biaya
Sisi lain yang harus dipertimbangkan ketika manajemen
mentukan standar untuk operasional yaitu
Biaya Tenaga Kerja. Resep Standar dapat digunakan manajemen untuk memperkirakan biaya tenaga kerja. Resep Standar
memungkinkan manajemen untuk menggunakan karyawan (cook) yang tanpa persyaratan
keterampilan tinggi tanpa harus terjadi
penurunan kualitas masakan. Karyawan
dengan kualifikasi ini lebih mudah dicari, jika tingkat keluar – masuk karyawan
cukup tinggi. Sebaliknya, dengan Resep
Standar yang dibuat, apakah karyawan yang diperlukan harus berkualifikasi keterampilan
tinggi atau khusus untuk menyiapkan menu
tersebut. Karyawan yang mempunyai
ketrampilan tinggi tentu biayanya akan lebih tinggi dibandingkan karyawan
dengan tingkat ketrampilan rendah. Demikian pula apakah karyawan (cook)
diberikan tugas lengkap mulai persiapan hingga mengolah masakan , atau harus
didampingi pembantu (cook helper) dalam operasional. Hal ini perlu dipertimbangkan manajemen
terkait dengan biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi menu.
Pengendalian Mutu- Quality Control
Standar harus dirancang untuk menghasilkan produk
dan pelayanan yang berkualitas kepada semua
tamu. Jika standard yang ditetapkan hanya berorientasi pada keuntungan saja,
bisa jadi akan menghasilkan produk dan pelayanan yang berkualitas rendah. Fokus kepada tamu merupakan salah satu pondasi
bagi manajemen kualitas total (TQM). Bisnis dijalankan karena manajemen
mengharapkan memperoleh keuntungan, namun tujuan utama dari usaha yaitu
bagaimana perusahaan tetap bertahan hidup, sehingga dapat menghasilkan
keuntungan. Kualitas produk dan layanan
merupakan hal yang utama yang menyebabkan perusahaan memperoleh keuntungan yang
lebih besar. Secara mudah, kualitas produk dan pelayanan harus diletakan di
depan, daripada keuntungan.
Mengatur Jumlah Ideal Produk Menu
Mencatumkan banyak
produk makanan dalam menu dapat berisiko
manajemen kehilangan harapan. Terlalu
banyak item menu, memungkinkan bertambah pula risiko bahan makanan rusak, tersisa dan hilang. Bukan hanya risiko itu saja, namun dapat juga
menyebabkan penurunan kualitas. Penurunan kualitas akan berakibat pada
penjualan dan kondisi keuangan. Ketika
harus memutuskan berapa banyak menu, manajemen harus mempertimbangkan
keselarasan atau kesimbangan citarasa antar menu yang berbeda. Manajemen perlu juga mempertimbangkan penjualan
campuran (sales mix) beberapa menu yang memberikan keuntungan dan penjualan
yang tinggi.
Ketersediaan Bahan
Sebuah restaurant/hotel harus memiliki
peralatan dan tenaga kerja yang terampil untuk mengembangkan produk. Apabila, tidak
tersedia peralatan atau tenaga, maka menu tertentu yang ditetapkan tidak dapat
dibuat karena sumber daya yang terbatas. Jika peralatan yang tersedia hanya
dapat menghasilkan jumlah tertentu, maka produksi hanya bisa berharap untuk
menghasilkan jumlah tertentu saja.
Menetapkan Harga
Setelah standar telah ditentukan, selanjutnya harga produk dapat ditentukan. Resep standar produk makanan dan minuman , dibuat untuk
efisiensi dan konsistensi. Dengan resep standar dapat diperhitungkan biaya yang dikeluarkan untuk membuat produk. Ada beberapa mertode yang dapat digunakan
untuk menetapkan harga, yang akan dibahas pada bab selanjutnya.
MENETAPKAN STANDAR TENAGA KERJA
Menentukan jumlah
tenaga yang digunakan untuk memberikan layanan atau menyiapkan produk akan menunjang
penetapan harga secara tepat. Standar kerja harus diatur pada bidang layanan dan produksi. Tamu bisa mengeluh (complain) jika pesanan makanan sangat lama
disajikan. Tamu akan cemas jika layanan
kamar (room service) memerlukan
waktu yang sangat lama. Travelers biasanya lelah dan menginginkan
pelayanan yang sesegera mungkin. Standar yang ditetapkan
perlu dicantumkan mengenai waktu minimum dan maksimum yang diperlukan untuk
produksi dan layanan. Standar waktu
dapar diperkirakan dengan studi
gerak dan waktu (time motion study).
Studi gerak dan waktu merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menetapkan standar
tersebut.
STANDAR PERALATAN DAN PERLENGKAPAN
Peralatan standar yang
tepat guna dapat meningkatkan penampilan menu dan memungkinkan karyawan untuk mencapai standar lainnya. Standar
harus ditetapkan pada peralatan yang digunakan untuk memasak dan penyajian menu.
Standarisasi peralatan tidak hanya terbatas pada peralatan produksi saja seperti oven, pendingin dan freezer, namun juga
meliputi benda yang lebih kecil seperti peralatan untuk pelayanan seperti :
keramik, gelas dan perangkat makan lainnya (cutleries) . Peralatan
tersebut meskipun kecil namun sangat penting, sehingga perlu dipertimbangkan
pula mengenai warna, disain, bentuk, ukuran dan
warna sehingga sesuai dengan menu dan menarik dilihat. Selain itu, peralatan satndar akan memudahlan
dalam permorsian yang tepat. Jika
salah jenis gelas yang digunakan dalam
serving, maka akan mengurangi selera tamu terhadap rasa minuman. Harga pokok minuman (beverage cost) kemungkinan akan meningkat karena mixer yang digunakan
hanya menggunakan gelas. Agar
operasional dapat dijalankan secara efektif dan efisien , maka manajemen
perlu menetapkan standar bagi peralatan yang digunakan.